Ilustrasi diskusi, pameran, dan pertunjukan - 'Asli Gambang Semarang'.

Asli Gambang Semarang
Diskusi, Pameran, & Pertunjukan Gambang Semarang

‘Asli Gambang Semarang’ adalah rangkaian kegiatan yang digagas Anantaka bersama Nangnok, Gambang Semarang Art Company (GSAC), dan Kelompok Gambang Semarang (KGS – FIB UNDIP). Rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari 3 kali serial diskusi pendahuluan yang digelar bertahap (13 April – 26 Juli 2018). Sedangkan agenda puncaknya adalah Pameran, Sarasehan, dan Pertunjukan Kolaboratif Gambang Semarang (15 – 19 Agustus 2018).

Tentang Gambang Semarang

Gambang Semarang adalah seni pertunjukan yang lahir, hidup, dan berkembang di Kota Semarang. Dari namanya, bisa diketahui bahwa Gambang Semarang didominasi oleh unsur-unsur Seni Musik. Permainan beberapa instrumen musik Jawa (Gambang, Bonang, Kendhang, dll) dan instrumen musik Tionghoa (sukong, tehyan, kongahyan) dalam ensambel musik Gambang Semarang menghasilkan komposisi, tema, dan syair lagu, yang unik. Dalam versi pertunjukan lengkap, Gambang Semarang terdiri dari Seni Musik, Nyanyian, Tari, dan Lawak/Komedi. Komposisi musik dan vokal merupakan unsur utama dalam pertunjukan Gambang Semarang, sehingga kedua unsur tersebut ada dalam keseluruhan repertoar pertunjukannya. Dalam versi ringkas (Kelilingan), komposisi musik dan vokal mutlak ada. Keragaman unsur-unsur seni dan pengaruh karakter budaya yang berbeda yang menyatu menjadi sebuah komposisi pertunjukan, dipandang mempunyai arti penting sebagai representasi masyarakat Kota Semarang yang multikultur.

Suasana diskusi #01 – ‘Asli Gambang Semarang’ di Ruang Rapat Kelenteng Tay Kak Sie, Pecinan, Semarang.

Serial Diskusi Pendahuluan

Bukan tanpa alasan jika diskusi #01 – ‘Asli Gambang Semarang’ ini digelar di Klenteng Tay Kak Sie – Kawasan Pecinan Semarang (13 April 2018). Selain bermaksud mengajak peserta mengunjungi lokus awal kemunculan Gambang Semarang, diskusi ini menghadirkan beberapa tokoh Pecinan Semarang, diantaranya : Jongkie Tio dan Kwa Tong Hay. Kedua pemerhati Budaya Tionghoa Peranakan tersebut memberikan  wawasan tentang kemunculan awal Gambang Semarang. Satu tokoh lain yang menjadi narasumber adalah : Djie Siong Hien (seniman musik tradisional Tionghoa). Djie Siong Hien ditemui terpisah sebelum agenda diskusi terselenggara.

Diskusi #02 – ‘Asli Gambang Semarang’ ini diselenggarakan di Sobokartti (24 Mei 2018). Diskusi tersebut menghadirkan narasumber yang merupakan pelaku pengembangan tari Semarangan era 90-an : Bintang Hanggoro Putra (Koreografer Tari Denok) dan Al. Agus Supriyanto (Koreografer Tari Semarangan). Kedua koreografer tersebut memberikan wawasan seputar proses penciptaan ‘Tari Semarangan’ dan ‘Tari Denok’, dimana keduanya memakai iringan musik Gambang Semarang.

Sejak 1993, peneliti-peneliti sejarah dari Fakultas Sastra UNDIP (kini Fakultas Ilmu Budaya UNDIP) menaruh perhatian besar terhadap penelitian dan pengembangan Gambang Semarang. Oleh karena itu, Diskusi #3 – ‘Asli Gambang Semarang’ (26 Juli 2018) kemudian menghadirkan peneliti-peneliti tersebut. Mengambil tempat di salah satu ruang kuliah FIB UNDIP, diskusi menghadirkan narasumber : Prof. Dr. Dewi Yuliati, M.A. dan Dr. Dhanang Respati Puguh, M.Hum., dua peneliti yang pernah melakukan penelitian, pengembangan, dan rekonstruksi Kesenian Gambang Semarang (1994-2000). Narasumber lain yang dihadirkan adalah : drg. Grace W. Susanto, M.M., pendiri Group Nangnok Gambang Semarang.

Suasana Pameran – ‘Asli Gambang Semarang’ di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota lama Semarang.

Pameran, Sarasehan, dan Pentas Kolaborasi Gambang Semarang

Mengambil tempat di Gedung Oudetrap – Kawasan Kota Lama Semarang, puncak rangkaian kegiatan ‘Asli Gambang Semarang’ digelar selama 5 hari (15 – 19 Agustus 2018). Pada hari pertama, dilaksanakan Sarasehan Budaya : ’Gambang Semarang dan Masyarakat Multikultur’. Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Dr. Turnomo Rahardjo (Peneliti Komunikasi Budaya UNDIP), Bernadus Andang Prasetya (Dosen UDINUS), dan Henry Casandra Gultom (Musisi Jazz, Dosen UPGRIS). Pada hari itu juga, Pameran ‘Asli Gambang Semarang’ dibuka. Pameran yang berlangsung selama 5 hari tersebut berisi visualisasi, deskripsi identifikasi, memorabilia, dan lintas sejarah Gambang Semarang, termasuk juga dokumentasi kegiatan ketiga komunitas Gambang Semarang (GSAC, Nangnok, dan KGS). Selain kegiatan tersebut juga diselenggarakan screening film dokumenter dan workshop pada hari ke-2 dan ke-3. Di akhir rangkaian kegiatan, dipertunjukkan pentas kolaborasi oleh ketiga komunitas Gambang Semarang (GSAC, Nangnok, dan KGS).

Pentas kolaborasi oleh ketiga komunitas Gambang Semarang (GSAC, Nangnok, dan KGS).

‘Asli Gambang Semarang’ sama sekali tidak berpretensi untuk merangkai klaim ‘asli’ dalam konteks oposisi dengan ‘palsu/tiruan/imitasi’ terhadap segala variasi dan kreasi Gambang Semarang yang ada. Lebih dari itu justru berupaya untuk mengembangkan diskursus mengenai ‘titik berangkat’ (Origin) dan ‘keaslian-kebenaran’ (Authenticity) tindakan pelestariannya sebagai Warisan Budaya. Seperti diketahui, tindakan Pelestarian Warisan Budaya selalu bertumpu pada nilai-nilai penting yang yang tersimpan dalam Warisan Budaya tersebut. Sedangkan pemahaman nilai-nilainya bergantung pada cakupan pengetahuan yang didapat dari informasi yang kredibel dan utuh. Pengetahuan dan pemahaman tersebut kemudian menjadi dasar untuk menilai ‘keaslian-kebenaran’ (Authenticity). Oleh karena itu, ‘Asli Gambang Semarang’ kemudian lebih dimaksudkan sebagai ruang bersama dan ajakan untuk terus membuka diri, menggali, menyegarkan kembali ingatan kolektif terhadap Gambang Semarang. Pada akhirnya, ruang bersama tersebut diharapkan mampu mendorong pemahaman masyarakat terhadap arti penting Warisan Budaya yang dimilikinya.

 

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *